Jumat, 25 November 2016

Derita

Jika satu isapan nikotin bisa buatmu lupa, apalah artinya aku yang bisa buatmu sengsara. Bayangmu akan kuhanyutkan dalam ruang hampa, ragamu akan kubawa pulang lalu kucadangkan. Nalarmu akan kusebar luaskan di ambang pilu, dan hatimu. Hatimu akan kucabut, kurawat sampai bibit yang selama ini kau tancap merekah. Kemudian kupercikkan sedikit nuansa rumah, agar kau tetap ingat jalan pulang.


Engkau adalah suatu paradoksal bagiku. Semua hal yang berkaitan denganmu adalah keotentikkan dalam kamusku.


Bandung, 25 November 2016

Kamis, 24 November 2016

Tak sengaja rindu

Di kala sepersekian waktu
Rautnya sembiluan
Angan menepak penuh renjana
Waktu itu, sewindu lalu

Daging mangga masih kuning
Anjing masih menggonggong
Tak seperti saat ini
Anestesi

Kelambu saja tidak cukup
Mungkin harus baja
Agar pendar-pendar romantika terjaga
Meski harus dibuat malu

Atau tak sengaja rindu


Bandung, 2015

02:11

Dentuman jarum jam
Hanya itu sedini ini
Kecuali penasaran dengan isi
Masih ada logika dan perasaan bermain
Saling menghakimi dan melucuti

Ini bukan untuk kalangan biasa
Tapi untuk yang tersisih
Ternomorsekiankan
Sampai lupa masih bisa tegak
Atau tinggal tengkorak

Bukan pukul 2 namanya
Kalau belum dibuat keping
Dengan ego
Yang menarik serapahnya
Untuk pura-pura amnesia


Bandung, 2015

Minggu, 21 Juni 2015

Sela Celah Temaram

Sela celah temaram
Buyar meradang tak tenang
Pecah bulir asmara
Membuih tak pasti
Cipta distorsi
Musnah citra tanda kasih

Aku yang selagi tadi bermusik
Notasi minor ditipu, robek!
Mengalunkan seruan durjana
Tanda fajar melahap habis gulita


4 Ramadhan 1436H

Rabu, 13 Mei 2015

Tiang Bendera

Museum Sepuluh Nopember, Januari 2015

Bung,
Aku berdiri dalam kesendirian
Menahan teriknya matahari
Yang menciptakan aliran peluh di sekujur tubuh

Sementara,
Dinginnya malam sungguh menusuk
Cipta gigil

Bung,
Aku menopang sejarah
Sebuah kain merah putih,
Sejak puluhan tahun lalu

Dipandang setiap kerlingan mata
Dihormati setiap raga

Bung,
Aku semakin tua
Tubuhku dilumuri karat

Aku rapuh
Aku tahu, aku tidak selamanya
Aku akan tergantikan

Bung,
Sampailah di akhir penantianku
Aku dapat beristirahat

Sunyi,



Hingga hilang terkikis angin



Bandung, 13 Mei 2015 
NA
SF

Minggu, 10 Mei 2015

Delusi pasti, tapi nanti (3)

Aku bermimpi,
melihatmu berdiri di daun pintu hitam itu
pucat rautmu menyambut langkahku, "drep, drep, drep,"

tiba-tiba

"JDEERR!!!"

kamu tertabrak waktu yang kian menderu

rupanya kamu
benar-benar tiada.

---

Kutemukan sunyi di sekitarku
Langit sudah abu sejak empat puluh hari yang lalu
Hanya terdengar teriakan semut yang tak sengaja kuinjak
Semesta membunuh kita, inilah akhirnya

---

Gumpalan lara menggertak kaku
Berkeliaran,
lalu-lalang

Sepi kian merasuk,

menghimpit,

meradang

sampai goyah

Kisah yang terbatas oleh dinding dosa
Penuh akan pilu dan haru

Di sini
Hanya bisa mengaduk cangkir
yang berisikan rela,
dan tabah.

Asa yang esa

Aku bermimpi,
mencabik gundah dalam kalbu
memaku rasa di atas kelabu

Aku ingin,
mengiris bayang semu menjadi kepingan sendu

tanpa ragu

terus melaju.


Sepi,

suntuk rupanya

begini.


Dobrak saja gerbangnya!
Masih banyak rentetan fantasi klasik di depan
Memadu melodi menjadi simfoni
Bak nampan kebahagiaan

Masih ingin ku meracau
Sampai keluar liur,
liar,
kemudian buyar

Tolong jangan membiru!
Jangan juga mematung!
Bangun! Bangun!
Kita ini hidup, belum akhir!


Bandung, 6 Mei 2015, 13:17