Sabtu, 03 Mei 2014

Ini mungkin bukan hari


Ini mungkin bukan hari
Di mana teman mengingkar sebelum berjanji
Karena tak tahu harus berbuat apa lagi
Ini mungkin bukan hari
Di mana sepi yang membunuh kian berperih
Mencekik raga ini terlalu erat
Ini mungkin bukan hari
Di mana kata-kata tak dapat lagi dimengerti

Ini mungkin bukan hari
Saat percaya tak lagi dinomorsatukan
Tergantikan oleh bisikan menarik nan busuk
Saat berperang dalam diam
Sambil dihantui rasa cemas
Saat hanya bisa menerka dalam kesunyian
Tanpa tahu apa yang terjadi pada realita
Saat hanya bisa mendoakan dalam kegelapan
Berharap agar semua berjalan sesuai rencana

Kalau ini bukan hari, aku harap ini cuma mimpi.

Mei 2014

Rabu, 19 Februari 2014

#Irreplaceable Concert Part 2 (Edisi 1)

Ini difoto dari samping kiri, makanya jelek. Hampoera.

14th of February was one of my most favorite days. Dateng ke konser Yovie and His Friends, suatu kebanggaan tersendiri. Walaupun, di dalem auditorium, keliatannya sih saya sendirian yang paling muda. But it's okay. Muda-muda gini juga sing-along terus-terusan dong, di konsernya. *naikin dagu* *turunin dagu*

Yaaaak, jadi saya nonton berdua sama Bunda. Bunda yang ngajak. Bunda juga yang excited. Tapi saya juga excited. Karna emang Yovie (dan teman-temannya) itu udah jadi idola saya sejak masih belia. Eciah belia. Iya, belia. Eniwei, kita flashback dikit ya. Sejak saya umur 3 tahun, Bunda (dan sekeluarga, tapi lebih dominan Bunda) sering muter lagu Kahitna. Di radio juga aku dengar lagu kesayanganmu banyak lagu Kahitna yang diputer. Ya, mungkin emang Kahitna lagi booming-boomingnya taun segituan. Kalo first impression saya terhadap Kahitna? Keren. Maksudnya, lagu-lagu mereka enak banget dan easy-listening. Sampe-sampe dulu udah hafal hampir sealbum. Keren kan? Keren dong. Jiwa kolot banget kalo bahasa sekarangnya mah. Jadi intinya, saya udah ngefans sama Kahitna selama 11 tahun.

Konser dimulai pukul 19, pada hari Jumat. Ya, kalian udah tau kalo tiap Jumat, saya ada les. Dan lesnya baru bubar pukul 18.15. Dan dari tempat les menuju Sabuga itu nggak deket dan bisa dibilang jauh. Dan intinya, saya harus menempuh rintangan yang berat. Kalo konsep yang ada di film Premium Rush bener-bener ada, saya juga mau ngebut. Tapi, ini situasinya beda. Ini Bandung. Kota yang penuh akan kendaraan (baca: macet banget, woy!). Jadi saya urungkan niat itu dan langsung bikin rencana sama Bunda. Rencananya nggak perlu diceritain ya, soalnya panjang dan malu-maluin dikit. Kita langsung skip karna baru sadar kalo ini basa-basinya banyak banget.

Sampailah kami (saya dan Bunda) di Sabuga pukul 20. Saya kira, saya telat. Jadi kami langsung buru-buru turun dari mobil. Kami langsung menuju pintu masuk. Kami ngasih liat tiket. Tas Bunda diperiksa. Saya cuma bawa diri, persiapan mental, dan juga ngejinjing kamera. Abis itu, kami dipersilakan masuk dan langsung lari ke pintu masuk auditorium.

Singkatnya, kita udah berdiri di dalem auditorium. Di bagian festival udah rame banget. Di VIP dan bagian lainnya juga udah dipadati penonton. Kita langsung lari dan menerobos kerumunan-kerumunan yang berdiri di bagian festival. Kenapa? Karna kita nggak mau nonton dari pinggir panggung, ntar nggak keliatan. Dan ternyata, konser belum juga dimulai. Padahal jam udah menunjukkan pukul 20.15. Saya kesel. Saya bayar buat konser yang jam 19 sampai selesai, tapi ini malah ngaret. Kami dipaksa menunggu dan akhirnya konserpun dimulai pukul 20.30 (baca: telat 1,5 jam).

Pembukaan tirai menandakan bahwa konser memang sudah dimulai. Di panggung, terdapat Om Yovie didepan piano kesayangannya, disertai band dari YWMF (Yovie Widianto Music Factory). Mereka langsung memainkan jingle-jingle atau yang terdengar seperti musik pembuka dan musik yang berterimakasih atas kedatangan kami semua di sana. Om Yovie juga sempat berkicau (halah, berkicau) tentang riwayat hidupnya. "Saya seneng bisa ngadain konser di Bandung. Karna Bandung udaranya sejuk, dan cocok buat bikin lagu. Saya juga menemukan banyak potensi dan bakat di sini. Saya asli orang Bandung, dan saya berasal dari Jalan Aceh."


Ini penampakkan Om Yovie dan sebagian anggota band dari YWMF, seneng banget, Om!


Tiba-tiba, muncullah 5 pria yang tak asing lagi di dunia musik Indonesia pada saat ini..

5 ROMEO!

5 Romeo dengan lagu Merindu Lagi!

Mari digoyang yang~ digoyang yang~ digoyang yang~
Suasana langsung meriah. Sebenernya, udah meriah semenjak pembukaan tirai tadi. Semua teriak, dan bernyanyi bersama. Termasuk saya. Bunda juga kadang-kadang, karna jujur aja, Bunda lupa-lupa-ingat liriknya. Setiap saya hafal 1 lagu, Bunda nanya, "Kamu ngafalin di mana, sih? Kok bisa hafal selagu gitu?". Saya cuma nyengir sombong.

Setelah tampilnya 5 Romeo, Om Yovie tiba-tiba nyeplos, "Yak, itu tadi penampilan dari 5 Romeo, adik-adik saya. 5 Romeo ini bentukan saya, yang alhamdulillah berhasil booming di dunia musik Indonesia pada saat ini. Selanjutnya, saya akan memanggilkan sahabat saya yang berasal dari Bandung juga, di Jalan Teratai. Hedi Yunus!"

*prok prok prok* *WOOOOHOOOOO* *OM HEDIIIIIIII* *KANG HEDIIIIII* *HEDIIIIIIIII* *AAAAAAAAAA* *WAAAAAAHHHHHHAAAAA* *HEDIIIIIII YUNUUUUUUSSSSS*

Penampakan Om Hedi di Irreplaceable, keur diheureuyan ku Om Yovie
"Halo, Bandung!" Teriak Om Hedi. Teriakan itu langsung disambar oleh Om Yovie, "ya, ini Hedi, sahabat saya. Dia yang pertama nganterin saya ke Jakarta. Inget ya, Hed, dulu kita ke Jakarta bareng. Tapi, sampai saat ini, Hedi Yunus belum juga menemukan dambaan hatinya." Sampe bait terakhir tadi, 1 auditorium ketawa dan heboh karna puas ngaheureuyan Om Hedi. Om Hedi cuma nyeletuk singkat, "sabar aja deh saya..". Om Yovie pun tersenyum, dan melihat ke arah penonton yang keliatan udah gak sabar dengan penampilan Om Hedi. Seakan membaca pemikiran kita (baca: para penontoooooon~), Om Yovie langsung menjawab, "ya, semoga dengan lagu yang akan dibawakannya ini, Hedi bisa menemukan Kekasih Sejati-nya di sini,". Kita serempak menjawab, "AAAAAAAAAAAAAAAAMIIIIIIIIN". Lalu, bernyanyilah Om Hedi dengan sangat merdunya. Saya juga ikut nyanyi, nggak mau kalah. Bunda? Bersenandung, deh, biar keliatan keren.

45 tahun, masih memancarkan kharisma & energi yang dahsyat. Ladies and gentelmen, Hedi Yunus!
Kita pun bernyanyi bersama. Saya juga nggak lupa moto-motoin yang ada di panggung, soalnya kan sayang kalo nggak ada dokumentasi pribadinya. Selanjutnya, Om Yovie memanggil satu dari sekian teman yang ia bawa pada malam itu, yaitu RAN. Saat RAN sudah berdiri di panggung, Om Yovie pun mendeskripsikan mereka satu persatu dengan gayanya yang khas. Selesai dideskripsikan oleh Sang Maestro, RAN langsung membawakan lagu yang berjudul Tentang Diriku yang dipopulerkan oleh Kahitna.

Maaf, foto RAN yang bertiga cuma ada yang ini. Soalnya mereka jauhan mulu, sih.
Seusai menyanyikan lagu Tentang Diriku, RAN masih tetap berada di panggung. Saya kira, akan muncul musisi yang lain. Ternyata, tak cukup 1 lagu, RAN kembali tampil dengan membawakan lagu Andai Dia Tahu yang sekarang sedang populer karna dinyanyikan dan diaransemen ulang oleh RAN. Fotonya nggak usah, ya, kan dibilang cuma ada 1 yang mereka bertiga. Jadi, lanjut aja, ya.

Penampilan selanjutnya adalah berasal dari salah satu special guest stars, dan salah satu sahabat Om Yovie juga. Dia adalah...

ENG ING ENG

EEEEEENG~

Tante Sita Nursanti (RSD)!

Seperti sebelum-sebelumnya, Om Yovie menjelaskan sedikit opininya tentang Tante Sita. Sempat ada celetukan semacam, "Ya memang, dulu, Sita lebih kecil dari yang sekarang ini..". Satu auditorium kembali tertawa.

Tante Sita ini membawakan lagu Suratku yang dulu sangat populer dan dibawakan orisinil oleh Om Hedi. Suaranya, nggak kuat men. Enak banget. Merdu. Pas. Saya jadi kebelet ikutan nyanyi bareng. Akhirnya, saya nyanyi dari awal sampe akhir lagu. Tante Sita membuat lagu Suratku yang sempurna itu lebih dari sekedar sempurna. Serius ini. *hormat*

"Jangan kau hempas, meski tak ingin kau sentuuuuuh~"
Lagu Suratku pun selesai. Saatnya kita loncat ke musisi selanjutnya. Ternyata, musisi selanjutnya adalah musisi asal Filipina, namun sudah lumayan fasih berbahasa Indonesia. Sebut aja Anjela Nazar (padahal namanya memang itu). Jujur aja, saya nggak tau dia siapa, dia orang mana, dia suka kebelet pipis pas tengah malem apa nggak, tapi suaranya keren. Dia bawain lagu Agnes Monica yang waktu itu dinyanyiin di Sea Games tahun lalu (pokoknya, lagunya berbahasa Inggris, aja). Btw, Mbak Anjela ini juga salah satu secret guest stars, loh.

Ini dia, penampakan Mba Anjela Monica, eh Nazar..
Lanjut ya? Lanjut! Selanjutnya, ada penampilan dari adik-adik paling mudanya Om Yovie. Siapa? Kamu tau? Siapa? Sebutin, dong.

YAK BENER, HIVI!

Band yang lagi bener-bener populer dikalangan anak muda ini juga ikut berpartisipasi dalam Irreplaceable Concert Part 2. HiVi membawakan lagu bertajuk Satu Mimpiku yang dulu dipopulerkan oleh The Groove. Buat anak-anak jaman sekarang, pasti asing denger nama The Groove. Padahal, kalo kalian denger lagunya, pasti langsung tau. Iya, saya memang ada jiwa kolotnya. Puas? Sip.

Ini dia HiVi dengan Satu Mimpiku. Maaf ya cuma duaan, kalo empatan susah motonya bro~
Selepas penampilan HiVi, Om Yovie menahan HiVi untuk tetap berada di panggung dan memanggil satu dari sekian sahabatnya. Mereka adalah............. yak, Lingua! Kamu bener nggak tau siapa itu Lingua? Ya, memang, saya juga sempet nggak ngenalin dari namanya. Tapi sesuai dengan pepatah, don't judge a book by its cover. Karna, kalo kalian denger lagu mereka yang Bila Kuingat, kalian pasti langsung nggak asing lagi sama lagu tersebut. Dan di kesempatan itu pula, Lingua dan HiVi berkolaborasi bersama membawakan lagu lama dari Lingua, yang bertajuk Bila Kuingat tersebut. Perpaduan ke-jadul-an dan ke-kini-an sangat terasa namun tetaplah serasi.

Mohon maaf untuk kesekian kalinya, karna susah motonya, jadi muncullah kepala-kepala manusia tersebut.
Btw, ini loh, Lingua dan HiVi!
Mereka benar-benar memukau penonton. Seusai lagu berakhir, HiVi menghilang ke belakang panggung, dan tersisalah Lingua. Saya sempat berharap, Lingua akan disuruh menyanyikan salah satu Kahitna, dan benarlah saya. Lingua membawakan lagu Bintang. Itu merupakan lagu favorit saya. Walaupun lagunya pendek dan simpel, tapi ada aura tersendiri gitu di dalem musiknya. Asli enak. Kalo nggak tau, buruan dengerin, donlot, pindahin ke HP, dijamin deh ntar bakal didengerin terus-terusan. Addicting. Mau liat penampakannya? Siap. Sabar.

"Meski mungkin aku yang harus pergi, tak apa tanpa harus kumengerti~"
Bunda heboh. Iya, ini dulu grup favorit Bunda. Saya nggak ngerti apa-apa. Saya cuma ngangguk-ngangguk mengiyakan. Saya kira, Bunda bakal nyanyi bareng, ternyata malu-malu kucing. Akhirnya saya nyanyi sendirian dari awal lagu sampe akhir. Ini sebenernya yang bener-bener kolot siapa, sih?! Saya jadi takut sendiri. Ah udah, yuk skip. Ke musisi selanjutnya, yaitu salah satu personil Kahitna. Siapa coba? Penasaran? Kepo? Cie, knowing every particular object. Cie, kaypoh. Yaudah deh, here it is, one of my favorite singers all over the time, MARIO GINANJAR!!!!!!!

KAKYOOOOOO! MARIOOOOOO!!!! AAAAAAA MARIOOOOOOO!!!!! IOOOOOO!!!!

Dari awal muncul di panggung aja, Mario udah memberikan kesan yang sangat tak terlupakan bagi saya. Bukan cuma saya aja, sih, tapi bagi penonton keseluruhan. Iya, dia dari awal masuk panggung aja udah senyum-senyum bahagia. Senyum menawan. Senyumnya, bener-bener deh. Nggak kuat. Aslian. HHHHH. Ngeliat saya heboh, Bunda juga jadi ikutan heboh. Pokoknya heboh deh. Heboh banget. Huh. Ganteng.

Mario ini membawakan lagu yang dipopulerkan oleh Marcell Siahaan yang berjudul Peri Cintaku. Ciamik banget. Ciamik. Keren. Aransemen dan improvisasinya pas. Good. Kalo saya sih, yes. Nggak tau Mas Anang (LOH?! SALAH!).

"Tuhan memang satuuuuuu, kitaaa yang tak samaaaaa~", MARIOOOOO!

-

Ini baru edisi pertama dari post marathon saya tentang Irreplaceable Concert Part 2, di Bandung. Kenapa saya buat marathon? Karna saya nggak mungkin nulis seluruh kisah di dalam 1 blogpost, bisa capek kamu juga bacanya. Jadi, sengaja saya buat beberapa bagian karna biar mempermudah saya, dan kamu juga para pembaca setia (njieeeeeee). Tentang edisi kedua, akan secepatnya saya tulis dan post, karna sesungguhnya, nulis kayak gini males. Lama. Butuh proses yang panjang. Banyak godaan, rintangan, dan halangan. Kalo karna nggak banyak rikues juga saya nggak akan mau nulis, deh. Tapi demi memuaskan pembaca setia (njieeeeeee), saya rela deh curly-in jari saya diatas keyboard. Saya rela deh nulis blogpost ini. Saya rela. Saya........ rela......... walaupun........... lelah........... juga............, sih. Sekian dulu dari saya, ditunggu komen dan ratesnya di bawah post inih. Dadah. Salam kolot!