Rabu, 13 Mei 2015

Tiang Bendera

Museum Sepuluh Nopember, Januari 2015

Bung,
Aku berdiri dalam kesendirian
Menahan teriknya matahari
Yang menciptakan aliran peluh di sekujur tubuh

Sementara,
Dinginnya malam sungguh menusuk
Cipta gigil

Bung,
Aku menopang sejarah
Sebuah kain merah putih,
Sejak puluhan tahun lalu

Dipandang setiap kerlingan mata
Dihormati setiap raga

Bung,
Aku semakin tua
Tubuhku dilumuri karat

Aku rapuh
Aku tahu, aku tidak selamanya
Aku akan tergantikan

Bung,
Sampailah di akhir penantianku
Aku dapat beristirahat

Sunyi,



Hingga hilang terkikis angin



Bandung, 13 Mei 2015 
NA
SF

Minggu, 10 Mei 2015

Delusi pasti, tapi nanti (3)

Aku bermimpi,
melihatmu berdiri di daun pintu hitam itu
pucat rautmu menyambut langkahku, "drep, drep, drep,"

tiba-tiba

"JDEERR!!!"

kamu tertabrak waktu yang kian menderu

rupanya kamu
benar-benar tiada.

---

Kutemukan sunyi di sekitarku
Langit sudah abu sejak empat puluh hari yang lalu
Hanya terdengar teriakan semut yang tak sengaja kuinjak
Semesta membunuh kita, inilah akhirnya

---

Gumpalan lara menggertak kaku
Berkeliaran,
lalu-lalang

Sepi kian merasuk,

menghimpit,

meradang

sampai goyah

Kisah yang terbatas oleh dinding dosa
Penuh akan pilu dan haru

Di sini
Hanya bisa mengaduk cangkir
yang berisikan rela,
dan tabah.

Asa yang esa

Aku bermimpi,
mencabik gundah dalam kalbu
memaku rasa di atas kelabu

Aku ingin,
mengiris bayang semu menjadi kepingan sendu

tanpa ragu

terus melaju.


Sepi,

suntuk rupanya

begini.


Dobrak saja gerbangnya!
Masih banyak rentetan fantasi klasik di depan
Memadu melodi menjadi simfoni
Bak nampan kebahagiaan

Masih ingin ku meracau
Sampai keluar liur,
liar,
kemudian buyar

Tolong jangan membiru!
Jangan juga mematung!
Bangun! Bangun!
Kita ini hidup, belum akhir!


Bandung, 6 Mei 2015, 13:17